Lompat ke isi utama

Berita

Ancaman terhadap Demokrasi, Perkuat Literasi

Oleh: Danan Danu Atmaji, S.Si. dan Muhammad Azam Multazam, S.H.
Staf Pelaksana Bawaslu Kabupaten Demak

Di era Globalisasi saat ini Indonesia harus siap menghadapi berbagai ancaman yang datang dari luar atau dalam yang mengancam kesatuan wilayah NKRI. Menurut Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, ancaman perang di sektor energi, pangan, dan air merupakan ancaman nyata yang akan dihadapi Indonesia kedepan.

Menurut Jenderal Gatot, hal tersebut pernah disampaikan oleh Ir. Soekarno yang isinya “Kekayaan alam Indonesia suatu saat nanti akan membuat iri negara-negara di dunia”. Selain itu, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan juga “Kaya akan SDA justru dapat menjadi petaka buat kita”.

Hal itu dapat dilihat pada kasus Arab Spring, 70% berlatar energi. Namun energi-energi tersebut nantinya akan habis dikarenakan tidak bisa diperbarui dan ditambah jumlah penduduk yang semakin tak terkendali.

Pada tahun 2043, diperkirakan jumlah penduduk bumi mencapai 13 miliar jiwa, sekitar 2,5 miliar jiwa hidup di kawasan negara ekuator (dilalui garis khatulistiwa), sedangkan sisanya tinggal di negara nonekuator. Secara otomatis, penduduk di negara nonekuator akan mencari sumber daya alam di kawasan negara ekuator.

Salah satu cara invasi yang saat ini mulai merambah Indonesia ialah ancaman proxy war. Ancaman ini, merupakan perang yang dilakukan oleh pihak ketiga yang menyerang Indonesia melalui berbagai aspek kehidupan. Lepasnya Timor-Timor merupakan contoh adanya proxy war.

Selain itu, banyak demonstrasi massa yang membawa tuntutan yang tidak masuk akal, permainan regulasi, peredaran narkoba, hingga bentrok antar-kelompok yang bisa dimanfaatkan pihak luar untuk mengadu domba antar anak bangsa. Saat ini bisa kita lihat bahwa persatuan dan kesatuan bangsa perlahan sudah digerogoti. Modal geografis dan demografi yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh rakyat untuk menangkal ancaman tersebut. Di sektor modal geografis, kita punya potensi pertanian dan lautan yang melimpah. Sementara di modal demografi, Indonesia punya kearifan lokal dan dasar negara yang kuat, yakni Pancasila. Berbagai nilai asli Indonesia terbukti mampu mengakomodir semua kepentingan kelompok menjadi perpaduan yang serasi dan harmonis. Demikian pula sila-sila dalam Pancasila merupakan pedoman ampuh guna menangkal semua ancaman dari pihak luar atau dalam. (sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gNQf_9F7yDo)

Selain itu, polarisasi pada pemilu yang sering kita jumpai juga bisa menjadi bagian dari ancaman kenyamanan negara. Banyak perpecahan antar anak bangsa sebab perbedaan pilihan yang dipolarisasi. Banyak antar suku, ras, dan agama yang dibenturkan sebab fitnah. Antar tetangga banyak yang bertengkar sebab berita hoax. Dan masih banyak lagi.

Penyebaran berita hoax, ujaran kebencian, dan isu SARA selain menjadi ancaman Pemilu, juga menjadi ancaman keharmonisan NKRI. Bagaimana tidak, warga yang awalnya adem, ayem, rukun, meski berbeda pilihan tiba-tiba dibenturkan satu sama lain dengan penyebaran berita hoax. Seperti diadu domba.

Sangat disayangkan jika perbuatan seperti itu dirawat dan dibudidaya. Alangkah lebih mulia budidaya lele, nila, atau gurame. Peringatan keras bagi orang-orang yang menyebar berita hoax, fitnah dan isu SARA dalam Pemilu, yang bisa menjadi ancaman bagi keharmonisan kehidupan Indonesia. Mereka seperti kerikil pada sandal. Sangat mengganggu.

Dengan demikian, demi untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan kehidupan Indonesia, melawan berita hoax, ujaran kebencian, dan isu SARA adalah sebuah keharusan. Masyarakat jangan mudah terprovokasi, lakukan tabayun saat menemui berita yang belum tahu pasti kebenarannya. Di era digital ini, saring sebelum sharing adalah hal yang penting.

Disclaimer : artikel ini pernah terbit daam Buletin Edisi ke-6 yang diterbitkan oleh Bawaslu Kabupaten Demak pada tahun 2022

Tag
bawaslu demak
opini